Showing posts with label Puisi Kita. Show all posts
Showing posts with label Puisi Kita. Show all posts

Saturday, December 7, 2024

Tidak Semua Laki-Laki



Tidak Semua Laki-Laki

(Oleh Sukiyanto)

 

Tidak semua laki-laki adalah bayangan kelabu,
Yang diam-diam mengintai dari sudut gelap malam.
Ada yang adalah mentari pagi,
Menyinari jalan meski ia sendiri rapuh tak terlihat.

Tidak semua laki-laki adalah mimpi buruk,
Yang menyelinap di balik pintu harapan.
Ada yang menjadi jangkar,
Menahan kapal agar tak tersapu badai.

Ada laki-laki yang bicara dalam diam,
Bahasanya adalah kehangatan tangan,
Menuntun, tak memaksa,
Menguatkan langkah tanpa berkata-kata.

Harta, Tahta, dan Wanita

 


Harta, Tahta, dan Wanita
(Oleh Sang Pengelana Jiwa)

Di balik cakrawala yang senantiasa membentang,
Ada cerita tentang tiga hal yang mengguncang:
Harta yang bersinar bagai emas mentari,
Tahta yang berdiri megah, puncak ilusi abadi,
Dan wanita, misteri yang tak pernah mati.

Harta
Apa itu harta, selain benda fana?
Perhiasan dunia, kilauan semu yang menggoda.
Emas, perak, dan berlian serupa mimpi,
Tapi apakah ia membawa sejati bahagia dalam hati?

Persinggahan Terakhir - Sukiyanto

 


Dalam bayang senja yang memudar,
Aku melangkah menuju akhir jalan,
Di mana langit bertemu cakrawala,
Dan sunyi menyambut dengan pelukan abadi.

Persinggahan terakhir, bukan tempat asing,
Namun seringkali tak terbayang di mata.
Apakah ia lembut seperti kabut pagi,
Atau keras seperti batu tanpa cerita?

Pilihan Hati - Oleh Sukiyanto

 


Dalam hening malam yang mendayu,
Di antara gemerlap bintang yang malu,
Ada tanya yang tak kunjung usai,
Kemana hati ini hendak berlabuh?

Takdir berbisik di sela angin lembut,
Membawa nada-nada ragu yang lirih,
Seperti ombak kecil di tepian pantai,
Yang mencium pasir, namun tak pernah tinggal.

Pilih Aku atau Dia - Oleh Sukiyanto

 


I. Pertemuan di Persimpangan

Kau datang dalam senja yang tenang,
menyapa hati yang lama diam.
Wajahmu adalah riak di permukaan danau,
yang tenang, namun menyimpan badai di dalam.

Aku tahu, kau pernah bertemu dia.
Dia yang senyumnya mentari pagi,
membakar gulita di hari-harimu.
Tapi aku di sini,
bagaikan rembulan yang sabar menanti malam,
mengintip celah di balik awan kelabu.

Cinta dan Air Mata - Oleh Sukiyanto

 


Di batas cakrawala, di ujung fajar,
Tumbuh sebuah kisah yang tak pernah pudar.
Tentang cinta yang bersinar dalam gelap,
Namun menyisakan air mata yang kerap.

Cinta datang seperti angin lembut,
Membawa harapan di setiap sudut.
Ia merangkul jiwa yang haus kasih,
Menghidupkan hati yang hampir letih.

Namun cinta, oh cinta, begitu rapuh,
Seperti bunga yang dipeluk embun pagi.
Ia indah, namun begitu mudah luluh,
Kala badai datang menghancurkan janji.